Penggunaan Istilah Stakeholders sebagai Kelemahan Integritas Bahasa?
Kelompok terlibat dalam keseharian di berbagai kesempatan populer dengan istilah stakeholders, sebuah istilah yang diambil dari bahasa Inggris. Apakah konteks penggunaan istilah tersebut telah tepat?. Berdasarkan asal-usul kata maka hal ini menjadi menarik untuk dicermati.
Dalam kamus Inggris Indonesia, kata stake berarti kata benda pancang (tiang pancang), tiang pembakaran, atau makna yang lain kayusula untuk eksekusi. Kata jamaknya stakes berarti taruhan. Sebagai kata kerja dapat berarti sebagai mempertaruhkan, memancangkan, membantu keuangan seseorang, ataupun mentraktir.
Lalu… apakah stakeholders?Makna stakeholders sangat tergantung kepada kalimatnya, dapat berarti orang yang sedang menunggu untuk membakar daging sapi di atas berbeque. Atau di dalam legenda dapat diartikan seseorang yang bertugas menancapkan kayu di tubuh vampire untuk membunuhnya. Beberapa kamus menjelaskan stakeholders sebagai kebersahajaan, seseorang yang membawa tongkat selama bertaruh, seseorang yang dipilih dalam sebuah pertaruhan karena kejujurannya menyimpan uang atau barang berharga sampai saat ketidakpastian situasi dapat diselesaikan.
Dari uraian asal-usul kata di atas maka stakeholders yang sering digunakan dewasa ini memiliki arti/makna yang berbeda sama sekali. Stakeholders merupakan seseorang atau kelompok yang tidak lagi memiliki tongkat. Stakehoders pada hakikatnya merupakan kelompok ketiga bertindak sebagai oposan terhadap seseorang atau kelompok yang mempunyai minat. Penggunaan istilah tersebut dalam konteks ini merupakan kelemahan integritas bahasa. Dalam istilah lokal kita mengenalnya sebagai salah kaprah, sesuatu yang sebenarnya tidak sesuai namun dipergunakan dan diterima oleh masyarakat luas.
Oleh karenanya Wiens (1995) dalam Mitchell, B. dkk. (2000), bahkan menegaskan istilah stakeholders seharusnya tidak dipakai dalam presentasi profesional, tertulis atau lisan. (aan)
Sumber: