Kabar Kelabu Si Ikan ‘Setan Merah’
Introduksi spesies menjadi masalah konservasi karena merupakan kontributor utama kedua terhadap turunnya biodiversitas dan kepunahan setelah hilangnya habitat. Introduksi spesies adalah berpindahnya suatu jenis mahluk hidup dari habitatnya ke habitat lain. Berpindahnya mahluk hidup tersebut dapat secara sengaja ataupun secara tidak sengaja. Secara sengaja oleh manusia seperti masuknya kodok rotan (Cane Toads) di Australia untuk mengatasi hama tanaman tebu, ikan Mas (Cyprinus carpio), Ikan Nila (Oreochromis niloticus), Ikan Mujair (Tilapia mosambica), Mikania micrantha, Acacia sp., Eceng Gondok, dan masih banyak lainnya. Secara tidak sengaja yang paling terkenal adalah tikus (Rattus norwegicus) melalui kapal-kapal perdagangan jenis ini tersebar ke penjuru dunia.
Akibat dari introduksi spesies bisa saja menguntungkan atau malah merugikan bagi habitat baru. Spesies-spesies yang dapat berpindah ke habitat lainnya pada umumnya memiliki daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga spesies ini mampu bertahan bahkan berkembang biak dengan baik pada lingkungannya yang baru. Bahkan dijumpai beberapa spesies yang perkembangannya menjadi tak terkendali sehingga menjadi hama dan merugikan manusia. Termasuk di antaranya adalah masuknya ikan ‘Red Devil’ atau ‘Setan Merah’ ke waduk Kedungombo.
Ikan ‘Setan Merah’ (Amphilophus labiatus), sungguh merupakan ikan yang indah, warnanya merah menyala menarik untuk dimiliki dan dinikmati sebagai ikan koleksi. Pada mulanya di Indonesia merupakan ikan hias yang berharga mahal. Namun berjalannya waktu blooming jumlah ikan ini di pasaran menyebabkan harganya merosot tajam dan peminatpun berkurang. Tampaknya hal ini yang menyebabkan jenis ikan ini terintroduksi ke waduk Kedungombo. Ikan ‘Setan Merah’ yang sudah tidak diminati lagi tersebut ‘harus dibuang’, dan salah satu tempat ‘pembuangan’ (yang terdeteksi) adalah waduk Kedungombo. Sampai saat ini belum diketahui asal-usul atau siapa yang telah memasukkan ikan ‘Setan Merah’ tersebut ke waduk.
Akibat masuknya ikan ini menyebabkan kerugian bagi para petani ikan di Waduk tersebut. Ikan ‘Setan Merah’ telah menyebabkan turunnya populasi dan hasil tangkapan ikan ekonomis. Ikan ekonomis seperti: nila, tombro, tawes maupun kakap kalah bersaing dengan ikan ‘Setan Merah’ yang merupakan pemakan segala (omnivora) dan sangat agresif. Jumlah ikan ‘Setan Merah’ dikabarkan (tahun 2006) mencapai separuh jumlah populasi ikan di di waduk. Padahal ikan ‘Setan Merah’ ini tidak laku dijual karena bukan ikan konsumsi.
Upaya pemerintah Boyolali dan masyarakat untuk mengurangi populasi ikan ‘Setan Merah’ ini telah dilakukan, namun tampaknya keberadaan ikan ini masih merupakan hama pengganggu. Beberapa kalangan mencoba meningkatkan nilai jual ikan ‘Setan Merah’ sebagai ikan keripik, sekedar mengurangi dampak ekonomi dari introduksi ikan ‘Setan Merah’ ke waduk Kedungombo. Sungguh, di waduk Kedungombo si ‘Setan Merah’ bernasib kelabu… (aan)
Sumber:
Edi Sutedjo, 2006. ‘Setan Merah’ Kedungombo Dibantai, Kedaulatan Rakyat. 19/11/2006. (KR online, http://www.kr.co.id/web/search.php Search Keyword: red devil)