Opini Keilmuan: Keanekaragaman Plasma Nutfah Cryptogamae (Bryophyta) Pada Berbagai Situs Bersejarah di Yogyakarta
Oleh Dra. Zuchrotus Salamah, M.Si. Dosen Program Studi Pendidikan Biologi
Saya adalah salah satu dosen di Program Studi Pendidikan Biologi UAD yang mendalami bidang botani. Botani merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari tumbuhan, mencakup berbagai aspek seperti struktur, fungsi, pertumbuhan, reproduksi, distribusi, dan taksonomi. Selain itu, botani juga membahas interaksi tumbuhan dengan lingkungan serta organisme lain, termasuk penerapannya dalam bidang pertanian, farmasi, dan konservasi. Sebagai dosen botani, saya memiliki tanggung jawab untuk meneliti dan mengembangkan ilmu botani dari berbagai aspek. Salah satu fokus penelitian saya adalah keanekaragaman tumbuhan, khususnya tumbuhan lumut di Yogyakarta yang masih belum banyak diteliti.
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan wilayah yang kaya akan situs bersejarah, yang tidak hanya dimanfaatkan sebagai objek wisata alam tetapi juga sebagai destinasi wisata pendidikan. Sebagai kota pelajar, Yogyakarta memiliki banyak candi bersejarah yang tersebar di berbagai wilayah, di antaranya Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Ratu Boko, Candi Ijo, Candi Sambisari, Candi Kalasan, Candi Gebang, dan Candi Plaosan. Area candi umumnya terbagi dalam beberapa wilayah sesuai dengan karakteristik lingkungannya masing-masing. Beberapa candi terletak di kawasan pegunungan yang sejuk dengan tingkat kelembapan yang tinggi, sehingga sangat memungkinkan daerah tersebut ditumbuhi beragam jenis tanaman. Salah satu kelompok tumbuhan yang dapat ditemukan di lingkungan candi adalah Bryophyta atau tumbuhan lumut. Tumbuhan ini bersifat kosmopolit dan dapat tumbuh sebagai epifit pada batang pohon, di gundukan tanah, tebing, tepi sungai, serta menempel pada bebatuan, termasuk batuan candi. Keanekaragaman lumut ini menarik untuk diteliti lebih lanjut, mengingat struktur lumut yang sangat bervariasi, baik dari segi filoid (daun semu), cauloid (batang semu), maupun struktur sporofitnya.
Melihat keanekaragaman lumut serta keunikan strukturnya, beberapa peneliti telah melakukan penelitian mengenai keanekaragaman lumut. Namun, hingga saat ini, penelitian terkait identifikasi Bryophyta yang tumbuh di berbagai situs bersejarah, seperti candi di Yogyakarta dan sekitarnya, belum pernah dilakukan secara menyeluruh.
Sementara itu, berdasarkan hasil observasi pendahuluan, ditemukan bahwa kawasan candi di Yogyakarta banyak ditumbuhi lumut. Oleh karena itu, bersama rekan peneliti dan tim mahasiswa, kami melakukan penelitian mengenai keanekaragaman plasma nutfah Bryophyta di wilayah tersebut. Penelitian ini didukung oleh dana Hibah Bersaing dari DIKTI melalui skema Penelitian Dasar Unggulan Perguruan Tinggi.
Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan di 11 lokasi wisata bersejarah di Yogyakarta. Hasil penelitian ini ditemukan 29 spesies lumut, baik lumut hati, lumut tanduk, dan lumut daun. Pengambilan data sampel dilakukan dengan cara mengambil lumut yang menempel di substrat batu, tanah maupun pohon yang berada di kompleks situs bersejarah. Riccia hasskarliana Steph. Campylopus umbellatus (Arn.) Par.; Anthoceros leavis (L.) Prosk. ; Riccia himalayensis St. (MS.) Kahsyap; Hyophila involuta (Hook.) Jaeg ; Bryum coronatum Schwaegr. ; Fossombronia cristula Aust. ; Barbula consanguinea (Thw. & Mitt.) Jaeg. ; Fissidens ceylonensis Dozy. & Molk. ; Anthoceros punctatus L. ; Bryum erytropus Fleisch. ;Vesicularia dubyana (C. Mull.) Broth. ; Weissia controversa Hedw. ; Preissia sp. ; Nothothylas javanicus (Sande Lac.) Gottsche ; Frullania tricarinata Sande Lac. ; Riccia glauca L. ; Philonotis hastata (Duby.) Wijk. & Marg. ; Marchantia polymorpha L. ; Fissidens robinsonii Broth. ; Fissidens braunii (C.Mull.) Dozy. & Molk. ; Bryum apiculatum Schwaegr. ; Fossombronia sp. ; Fissidens intromarginatulus Bartr. ; Garckea comosa (Dozy. & Molk.) Wijk. & Marg. ; Calymperes tenerum C. Mull. ; Hypogastranthus sp. Schffn. ; Octoblepharum albidum Hedw. ; dan Gymnostomiella vernicosa (Hook.) Fleisch. Dari hasil penelitian tersebut dapat dibuat berbagai bahan ajar, seperti ensiklopedia, herbarium basah dan kering serta preparat whole mounth yang dapat digunakan untuk belajar keanekaragaman tumbuhan lumut.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mengungkap keanekaragaman Bryophyta di kawasan candi Yogyakarta serta memperkaya data tentang flora di situs bersejarah. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar dalam upaya konservasi tumbuhan lumut, terutama dalam menjaga kelestarian ekosistem mikro yang terdapat di lingkungan candi.
Ke depan, penelitian ini akan dikembangkan dengan fokus pada aspek ekofisiologi lumut, yaitu bagaimana lumut beradaptasi terhadap kondisi lingkungan di kawasan candi yang memiliki tingkat kelembapan dan paparan cahaya yang bervariasi. Selain itu, kajian lebih lanjut mengenai potensi bioaktif Bryophyta dalam bidang farmasi dan bioteknologi juga menjadi arah penelitian yang menarik untuk dieksplorasi. Sebagai bagian dari upaya diseminasi hasil penelitian, kami juga berencana untuk menyusun panduan identifikasi lumut di kawasan candi Yogyakarta. Panduan ini akan bermanfaat bagi akademisi, mahasiswa, serta masyarakat yang tertarik untuk mengenal lebih jauh tentang keanekaragaman Bryophyta di lingkungan situs bersejarah. Dengan adanya penelitian berkelanjutan ini, diharapkan pemahaman tentang keanekaragaman lumut di kawasan candi semakin meningkat, serta dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan, konservasi, dan pemanfaatan sumber daya hayati secara berkelanjutan.