PESTISIDA NABATI DARI TANAMAN DISEKITAR KITA: TANAMAN WEDUSAN (Eupatorium odoratum) UNTUK MENGATASI PENYAKIT LAYU FUSARIUM:
Oleh Prof. Drs. Sabirin Matsjeh Ph.D, M.Sc. Dosen Program Studi Pendidikan Biologi
Pusat Data Dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal – Kementerian Pertanian Tahun 2022, melaporkan Sektor pertanian mempunyai peran penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dalam kurun waktu 2018 – 2021, PDB sektor pertanian secara konsisten menunjukkan tren positif, dengan rata-rata pertumbuhan 5,85% per tahun. Kondisi demikian juga terjadi pada subsektor hortikultura, perkebunan dan peternakan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,30%, 11,12% dan 4,98%. Sementara untuk sub sektor tanaman pangan mengalami penurunan sebesar 0,51% per tahun. Kerugian pertanian di dunia mencapai 33%, EROPA 25%, Amerika 29%, Afrika 42% dan di Asia 43% (Natawigena, 1994). Kardiman (2000), melaporkan penurunan produktivitas tanaman mencapai 30%-35% dan sekitar 10%-20% pasca panen, bila tidak menggunakan pestisida. Indonesia merupakan negara trofis dan subtrofis dengan curah hujan yang relative tinggi, merupakan tempat yang kondusif bagi perkembangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Salah satu OPT yang sering mengganggu pertanian di Indonesia adalah penyakit layu fusarium.
Penyakit layu fusarium adalah penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum. Penyakit ini dapat menyerang berbagai tanaman, seperti pisang, tomat, cabai, bawang merah, dan jahe. Fusarium oxysporum merupakan jamur patogen yang menginfeksi tanaman. Serangan jamur Fusarium oxysporum menjadi kendala besar yang dihadapi oleh petani (Juwanda et al., 2016). Pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum sangat cepat dan memiliki koloni yang padat. Mulanya koloni jamur ini berwarna putih seperti kapas atau disertai warna ungu atau merah pada pusat koloninya (Suryani et al., 2020). Penyakit layu fusarium ditandai dengan tanaman menjadi cepat layu, akar menjadi busuk, tanaman terkulai seperti akan roboh, daun menguning dan terpelintir layu, dan di dasar umbi tampak koloni jamur yang berwarna putih dan berlendir (Juwanda et al., 2016).
Kebanyakan petani membasmi jamur Fusarium oxysporum menggunakan pestisida sintesis yang tidak ramah lingkungan dan memberikan dampak negative bagi petani dan lingkungan. Oleh karena itu perlu dicari pestisida yang ramah lingkungan , salah satunya adalah pestisida nabati. Bahan baku pembuatan pestisida nabati dapat menggunakan tanaman yang terdapat disekitar kita, karena sudah lama masyarakat Indonesia menggunakan tanaman disekitar mereka sebagai obat tradisional (jamu), antara lain empon-empon, daun mimba, pare, kecubung, kari, daun sirsak, daun kates, mengkudu dan wedusan. Tanaman wedusan dan mengkudu dilaporkan mengandung alkaloid dan flavonoid. Kandungan flavonoid dan alkaloid yang terkandung dalam wedusan dan mengkudu dipercaya memiliki aktivitas antimikroba.
Mahasiswa Pendidikan Biologi UAD, dalam penelitian tugas akhir mereka , menggunakan tanaman wedusan (Eupatorium odoratum) dan mengkudu (Morinda citrifolia L) sebagai pestisida nabati terhadap aktivitas jamur Fusarium oxyporum yang menyerang Cabai. ( Ainun.M, Sari, D.K, Loka, F.P, Ramadani, F.R, Sausannuri, I., Lestari,T.T.J,. tahun 2023. Penelitian dilakukan di laboratorium Pendidikan Biologi. Kedua tanaman ini mudah didapat disekitar kampus dan sangat melimpah. Penelitian ini bertujuan menentukan pengaruh ekstrak metanol dan etil asetat dari daun batang dan akar wedusan (eupatorium odoratum) dan daun, ranting dan buah mengkudu (Morinda citrifolia L) terhadap daya hambat pertumbuhan jamur fusarium oxysporum yang menyerang tanaman cabai.
Penelitian ini dilakukan dengan 7 perlakuan yaitu kontrol negatif, kontrol positif , konsentrasi 10%, 20%, 40%, 80%, 100% dengan 3 ulangan, fraksi methanol dan etilasetat untuk setiap simplisia. Parameter yang diukur berupa diameter zona bening disekitar kertas cakram .Uji aktivitas dilakukan dengan menggunakan metode Kirby Bauer. Data hasil diolah dengan analisis varian (one way anova) dan dilanjutkan uji Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etil asetat lebih aktif untuk menghambat jamur Fusarium oxysporum dibandingkan dengan ekstrak methanol, baik terhadap wedusan maupun mengkudu. Pada tanaman wedusan, ekstrak daun menunjukkan aktivitas antijamur paling tinggi, dibandingkan akar dan batang. Konsentrasi optimal dalam menghambat pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum adalah konsentrasi 80% pada fraksi methanol rata-rata diameter zona bening sebesar 6,3 ± 0,28 mm dan fraksi etilasetat adalah sebesar 11,17±0,29 mm. Pada tanaman mengkudu yang paling aktif untuk fraksi methanol adalah daun dan fraksi etilasetat adalah buah. Konsentrasi optimal dalam menghambat pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum adalah konsentrasi 80% dengan rata-rata diameter zona bening sebesar 6±0,50 mm untuk fraksi metanol daun mengkudu dan 11,33 ± 0,28 mm untuk fraksi etilasetat buah mengkudu.