Inovasi Ibadah dan Lingkungan: Daur Ulang Air Wudhu UMY untuk Ketahanan Pangan Hidroponik
Oleh Arief Abdillah Nurusman S.Si., M.Si. Dosen Program Studi Pendidikan Biologi
Kolaborasi antara Dosen dan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dengan komunitas Masjid Al Ittihaad di Sleman untuk mengatasi tantangan pemborosan air dan isu ketahanan pangan perkotaan. Program Pengabdian Masyarakat Skema PKM Riset Terapan ini merupakan upaya kami untuk secara nyata mengatasi dua tantangan besar di perkotaan: isu pemborosan air dan kebutuhan akan ketahanan pangan lokal. Kami melihat adanya potensi luar biasa pada air limbah wudhu (greywater) masjid yang selama ini terbuang. Mengingat masjid tersebut menghasilkan volume air yang signifikan bahkan bisa mencapai ribuan liter per hari pada saat salat Jumat, kami bertekad mengubah limbah ini menjadi sumber daya produktif untuk sistem pertanian hidroponik. Kami merancang dan menginstal sistem filtrasi sederhana yang melibatkan filter pasir, karbon aktif, dan UV, memastikan air tersebut aman dan kaya nutrisi untuk tanaman.
Tim ini merupakan gabungan dari Program Studi Agribisnis dan Agroteknologi UMY, yang juga didukung penuh oleh kolaborator dari Universitas Ahmad Dahlan. Setelah instalasi selesai, kami fokus pada peningkatan kapasitas komunitas. Kami memberikan pelatihan dan penyuluhan mendalam kepada 40 peserta, dan hasilnya sangat menggembirakan. Pelatihan yang kami berikan terbukti mampu meningkatkan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik (KAP) peserta, menunjukkan adanya perubahan positif dalam pemahaman dan keterampilan mereka.

Evaluating mengenai persepsi komunitas terhadap inovasi ini sungguh luar biasa. Kami menilai adopsi inovasi ini menggunakan lima dimensi Rogers, dan semua dimensi (keunggulan relatif, kompatibilitas, kompleksitas, trialability, dan observability) menunjukkan pandangan yang positif. Secara khusus, kami mencatat bahwa Observability—kemudahan melihat bukti visual panen dan keberhasilan sistem—adalah faktor pendorong terkuat untuk adopsi. Hal yang paling berharga bagi kami, program ini dinilai sangat kompatibel dengan nilai-nilai agama Islam, terutama etika konservasi air atau Amanah, sehingga penerimaannya menjadi kuat secara sosial dan spiritual. Meskipun demikian, kami menyadari adanya tantangan yang harus kami hadapi, terutama terkait dimensi ekonomi. Kekhawatiran mengenai biaya operasional jangka panjang masih menjadi hambatan utama yang perlu dicarikan solusinya. Meskipun demikian, kami yakin model ramah lingkungan dan berbasis komunitas ini memiliki potensi besar untuk direplikasi di masjid-masjid perkotaan lain, sekaligus berkontribusi nyata pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) terkait ketahanan pangan dan pengelolaan sumber daya air.




